Upacara pernikahan merupakan momen yang sangat penting dalam perjalanan hidup manusia, tidak jauh berbeda dengan kebanyakan daerah di pelosok dunia yang memiliki peradaban. Upacara pernikahan di pandang sangat mulia, sama pentingnya dengan upacara- upacara seperti: kelahiran dan kematian.
Karena itu banyak diantaranya yang berharap agar upacara pernikahan ini sedapat mungkin hanya dilaksanakan satu kali dalam hidupnya.
Di Bali upacara pernikahan ini disebut dengan upacara "Mesakapan atau Pewiwahan", yang artinya menyatukan kedua insan yang berlainan jenis , yang saling mencintai kedalam suatu ikatan yang amat suci.
Bagi kebanyakan orang di Bali tentunya hal ini sudah sangat di pahami, karena merupakan bagian dari upacara yang termasuk pada golongan upacara utama dalam tatanan adat istiadatnya.
Tapi tidak apa, hal ini Saya ceritakan kembali dengan maksud agar keindahan budaya adat istiadat ini, juga dapat dimengerti oleh masyarakat umum, paling sedikit mereka juga dapat menikmati makna dibalik keindahan dalam tatanan adat budaya yang ada.
Sedikit mengenai upacara mesakapan atau pewiwahan ini, Saya ambil dari sebuah buku yang cukup populer di Bali saat ini, dengan judul " Upacara Manusia Yadnya" yang ditulis oleh: Rsi Bintang Dhanu, I.N. Djoni Gingsir, di dalam bukunya beliau menjelaskan tahap demi tahap, jalannya upacara mesakapan ini dengan amat sistimatis dan sederhana, sehingga mudah untuk dimengerti oleh masyarakat umum.
Sesuai dengan judul buku tersebut, kebanyakan upacara-upacara dalam ajaran Hindu di bali di golongkan menurut jenis-jenis yandnyanya, termasuk upacara mesakapan atau pewiahan ini.
"Yadnya",..... mungkin masyarakat umum juga perlu tahu apa itu yadnya?, yadnya berasal dari bahasa sansekerta yang bersumber dari Weda yaitu kitab suci umat Hindu, yang artinya adalah kurban suci.
Kurban suci dalam ajaran Hindu dikelompokan menjadi 5(lima) bagian, yang disesuaikan dengan tujuan dari masing-masing kurban tersebut, lima bagian kurban suci ini dalam bahasa sansekerta di sebut "Panca Yadnya", nah pembagian dari panca yadnya itu sendiri ada lah sebagai berikut:
Di Bali upacara pernikahan ini disebut dengan upacara "Mesakapan atau Pewiwahan", yang artinya menyatukan kedua insan yang berlainan jenis , yang saling mencintai kedalam suatu ikatan yang amat suci.
Bagi kebanyakan orang di Bali tentunya hal ini sudah sangat di pahami, karena merupakan bagian dari upacara yang termasuk pada golongan upacara utama dalam tatanan adat istiadatnya.
Tapi tidak apa, hal ini Saya ceritakan kembali dengan maksud agar keindahan budaya adat istiadat ini, juga dapat dimengerti oleh masyarakat umum, paling sedikit mereka juga dapat menikmati makna dibalik keindahan dalam tatanan adat budaya yang ada.
Sedikit mengenai upacara mesakapan atau pewiwahan ini, Saya ambil dari sebuah buku yang cukup populer di Bali saat ini, dengan judul " Upacara Manusia Yadnya" yang ditulis oleh: Rsi Bintang Dhanu, I.N. Djoni Gingsir, di dalam bukunya beliau menjelaskan tahap demi tahap, jalannya upacara mesakapan ini dengan amat sistimatis dan sederhana, sehingga mudah untuk dimengerti oleh masyarakat umum.
Sesuai dengan judul buku tersebut, kebanyakan upacara-upacara dalam ajaran Hindu di bali di golongkan menurut jenis-jenis yandnyanya, termasuk upacara mesakapan atau pewiahan ini.
"Yadnya",..... mungkin masyarakat umum juga perlu tahu apa itu yadnya?, yadnya berasal dari bahasa sansekerta yang bersumber dari Weda yaitu kitab suci umat Hindu, yang artinya adalah kurban suci.
Kurban suci dalam ajaran Hindu dikelompokan menjadi 5(lima) bagian, yang disesuaikan dengan tujuan dari masing-masing kurban tersebut, lima bagian kurban suci ini dalam bahasa sansekerta di sebut "Panca Yadnya", nah pembagian dari panca yadnya itu sendiri ada lah sebagai berikut:
- Dewa Yadnya, sesuai dengan namanya kurban suci ini ditujukan kepada Tuhan yang mahasa Esa, beserta manifestasinya yaitu para dewa.
- Butha Yadnya, kurban suci ini ditujukan kepada para mahluk lain yang diciptakan oleh Tuhan seperti para Butha, Jin, dan roh-roh lainnya, maksudnya adalah bukan untuk memujannya tapi agar terjadi keseimbangan di alam semesta ini, sehingga tercipta keharmonisan.
- Pitra Yadnya, kurban suci yang ditujukan kepada para leluhur, dengan harapan agar melalui kurban ini beliau mendapatkan kesempurnaan di alamnya.
- Rsi Yadnya, kurban suci ini ditujukan kepada para Rsi, guru-guru rohani, dan orang-orang suci lainnya sebagai tanda hormat.
- Manusia Yadnya, kurban suci yang diadakan untuk kepentingan manusia itu sendiri, agar menjadi sempurna dalam menjalankan tatanan hidup.
Nah dari kelima Yadnya atau kurban suci tersebut, upacara "mesakapan" di golongkan kedalam upacara "Manusia yadnya" sesuai dengan peruntukannya.
Lalu mengapa upacara pernikahan atau Mesakapan ini harus dilakukan?,
menurut konsep ajara Hindu, dalam menjalankan kehidupan manusia memiliki tingkatan atau tahapan seperti misalnya, manusia dilahirkan, manusia hidup dan berkembang, lalu manusia menjadi renta karena usia, dan kemudian mati, nah dalam siklus hidup ini menurut ajaran Hindu untuk mempermudah tatalaksananya dengan sangat sistimatis, kurun waktu siklus tersebut diatas dibagi menjadi 4 (empat) tahap atau jenjang, agar manusia menyadari kapan ia berada pada jenjang yang satu dan kapan ia harus berada pada jenjang yang lainnya, nah keempat jejang itu dalam bahasa sansekerta disebut "Catur Marga" yang artinya empat jenis jalan yang harus dilalui oleh manusia dalam menjalankan hidupnya, keempat marga atau Catur marga itu ialah:
- Brahmacarya, yaitu jenjang dimana manusia masih dalam tahap belajar, berjuang untuk mencari kehidupan, dan bagai mana agar bisa bertahan hidup berdasarkan ajaran agama.
- Grehasta, yaitu jenjang dimana manusia sudah harus berpikir untuk membangun rumah tangga untuk melengkapi hidupnya.
- wanaprasta, yaitu jenjang dimana manusia sudah harus merenungkan hidupnya, mengkaji lagi hidup masa lalunya, memperbaiki sifat-sifatnya, belajar memahami rohaninya atau jati dirinya dan kembali kepada ajaran yang benar.
- Sanyasi, yaitu jenjang dimana manusia harus sudah berada pada tahap kesadaran rohani yang mantap, dan mulai belajar melepaskan diri dari keterikatan duniawi.
Jelas sudah berdasarkan aturan Catur Marga diatas, upacara pernikahan ini wajib dilakukan untuk melengkapi jenjang hidup yang sudah digariskan agar tercapai kesempurnaan.
sumber : http://khomangs.blogspot.com/
No comments:
Post a Comment