PROUD TO BE INDONESIAN, MAY ALLAH SWT ALWAYS SAVE AND BLESS INDONESIA....

Saturday, July 30, 2011

KERAJAAN BANJAR, KALIMANTAN INDONESIA



Kerajaan Banjar adalah kerajaan Islam di pulau kalimantan yang wilayah kekuasaannya meliputi sebagian besar daerah kalimantan pada saat sekarang ini. Pusat Kerajaan Banjar yang pertama adalah daerah di sekitar Kuin Utara (sekarang di daerah Banjarmasin) , kemudian dipindah ke martapura setelah keraton di Kuin dihancurkan oleh Belanda. Kerajaan ini berdiri pada september 1526 dengan Sultan Suriansyah (Raden Samudera) sebagai Sultan pertama Kerajaan Banjar. Kerajaan Banjar runtuh pada saat berakhirnya Perang Banjar pada tahun 1905. Perang Banjar merupakan peperangan yang diadakan kerajaan Banjar untuk melawan kolonialisasi Belanda. Raja terakhir adalah Sultan Mohammad Seman (1862 - 1905), yang meninggal pada saat melakukan pertempuran dengan belanda di puruk cahudoa

CIKAL BAKAL KERAJAAN BANJAR

 
Kemunculan Kerajaan Banjar tidak lepas dari melemahnya pengaruh Negara Daha sebagai kerajaan yang berkuasa saat itu. Tepatnya pada saat Raden Sukarama memerintah Negara Daha, menjelang akhir kekuasaannya dia mewasiatkan tahta kekuasaan Negara Daha kepada cucunya yang bernama Raden Samudera. Akan tetapi, wasiat tersebut ditentang oleh ketiga anak Raden Sukarama yaitu Mangkubumi, Tumenggung dan Bagulung. Setelah Raden Sukarama wafat, Pangeran Tumenggung merebut kekuasaaan dari pewaris yang sah yaitu Raden samudera dan merebut tahta kekuasaan Negara Daha.

Raden Samudera sebagai pihak yang kalah melarikan diri dan bersembunyi di daerah hilir sungai barito. Dia dilindungi oleh kelompok orang melayu yang menempati wilayah itu. Kampung orang melayu itu disebut kampung oloh masih yang artinya kampung orang melayu pimpinan Pati Masih. Lama kelamaan kampung ini berkembang menjadi kota banjarmasih karena ramainya perdagangan di tempat ini dan banyaknya pedagang yang menetap. Dalam pelarian politiknya, raden Samudera melihat potensi Banjarmasih dengan sumber daya manusianya dapat dijadikan kekuatan potensial untuk melawan kekuatan pusat, yaitu Negara Daha. Kekuatan Banjarmasih untuk melakukan perlawaann terhadap Negara Daha akhirnya mendapat pengakuan formal setelah komunitas melayu mengangkat Raden Samudera sebagai kepala Negara.

Pengangkatan ini menjadi titik balik perjuangan Raden Samudera. Terbentuknya kekuatan politik baru di banjarmasih, sebagai kekuatan politik tandingan bagi Negara Daha ini menjadi media politik bagi Raden Samudera dalam usahanya memperoleh haknya sebagai Raja di Negara Daha, sedangkan bagi orang Melayu merupakan media mereka untuk tidak lagi membayar pajak kepada Negara Daha

Setelah menjadi Raja di Banjarmasih, Raden Samudera dianjurkan oleh Patih Masih untuk meminta bantuan Kerajaan Demak. Permintaan bantuan dari Raden Samudera diterima oleh Sultan Demak, dengan syarat Raden Samudera beserta pengikutnya harus memeluk agama Islam. Syarat tersebut disanggupi Raden Samudera dan Sultan Demak mengirimkan kontingennya yang dipimpin oleh Khatib Dayan. Setibanya di Banjarmasih, kontingen Demak bergabung dengan pasukan dari Banjarmasih untuk melakukan penyerangan ke Negara Daha di hulu sungai Barito. Setibanya di daerah yang bernama Sanghiang Gantung, pasukan Bandarmasih dan Kontingen Demak bertemu dengan Pasukan Negara daha dan pertempuran pun terjadi. Pertempuran ini berakhir dengan suatu mufakat yang isinya adalah duel antara Raden samudera dengan Pangeran Tumenggung. Dalam duel itu, Raden Samudera tampil sebagai pemenang dan pertempuran pun berakhir dengan kemenangan banjarmasih.

Setelah kemenangan dalam pertempuran, Raden Samudera memindahkan Rakyat Negara Daha ke Banjarmasih dan Raden Samudera dikukuhkan sebagai Kepala negaranya. Pembauran penduduk Banjarmasih yang terdiri dari rakyat Negara Daha, Melayu, Dayak dan orang jawa (kontingen dari Demak) menggambarkan bersatunya masyarakat di bawah pemerintahan Raden Samudera. Pengumpulan penduduk di banjarmasih menyebabkan daerah ini menjadi ramai, ditambah letaknya pada pertemuan sungai barito dan sungai martapura menyebabkan lalu lintas menjadi ramai dan terbentuknya hubungan perdagangan. Raden Samudera akhirnya menjadikan Islam sebagai agama negara dan rakyatnya memeluk agama Islam. Gelar yang dipergunakan oleh Raden Samudera sejak saat itu berubah menjadi Sultan Suriansyah. Kerajaan Banjar pertama kali dipimpin oleh Sultan Suriansyah ini.

Gambar : Mesjid yang didirikan Sultan Suriansyah di Kuin

CANDI AGUNG, AMUNTAI KALIMANTAN SELATAN

Candi Agung terdapat di kota Amuntai, ibukota Hulu Sungai Utara, Propinsi Kalimantan Selatan. Letaknya berada di pinggiran Kota Amuntai sebelah Barat Daya berjarak kurang lebih 1 kilometer.
Candi Agung Amuntai yang menjadi salah satu obyek wisata paling favorit bagi masyarakat Amuntai. Obyek ini terletak di Desa Sungai Malang, Kecamatan Amuntai Tengah.
obyek wisata amuntai
Pintu masuk Candi Agung

Candi Agung Amuntai merupakan peninggalan Kerajaan Negaradipa Khuripan yang dibangun oleh Empu Jatmika abad ke XIV Masehi. Dari kerajaan ini akhirnya melahirkan Kerajaan Daha di Negara dan Kerajaan Banjarmasin. Menurut cerita, Kerajaan Hindu Negaradipa berdiri tahun 1438 di persimpangan tiga aliran sungai. Tabalong, Balangan, dan Negara. Cikal bakal Kerajaan Banjar itu diperintah oleh Pangeran Surianata dan Putri Junjung Buih dengan kepala pemerintahan Patih Lambung Mangkurat. Negaradipa kemudian berkembang menjadi Kota Amuntai.

Candi Agung diperkirakan telah berusia 740 tahun. Bahan material Candi Agung ini didominasi oleh batu dan kayu. Kondisinya masih sangat kokoh. Di candi ini juga ditemukan beberapa benda peninggalan sejarah yang usianya kira-kira sekitar 200 tahun SM. Batu yang digunakan untuk mendirikan Candi ini pun masih terdapat disana. Batunya sekilas mirip sekali dengan batu bata merah. Namun bila disentuh terdapat perbedaannya, lebih berat dan lebih kuat dari bata merah biasa.

Gambar denah situs Candi Agung (koleksi Museum Lambung Mangkurat) - http://id.wikipedia.org/wiki/Candi_Agung
Situs Candi Agung ini dikenal masyarakat Kalimantan Selatan sebagai sebuah tempat keramat bersejarah, bagi masyarakat wilayah Kerajaan Banjar situs ini merupakan kebanggaan turun temurun. Pada hari tertentu seperti hari raya selalu ramai dikunjungi orang sebagai tempat melepaskan hajat, bahkan bagi yang meyakini keturunannya berasal dari sana, cukup datang ke Candi Agung sebagai pengobatan sakit.

Pada tahun 1962 ketika Pemerintah Daerah Hulu Sungai Utara melakukan perluasan kota, disini ditemukan berbagai pecahan peninggalan benda-benda purbakala. Antaranya potongan kaki arca dari batu yang terlepas dari tubuhnya (buntung). Potongan kaki tersebut berukuran 35 x 15 cm. Disamping itu terdapat pula potongan relief Bunga Tunjung (Padma) yang berhiaskan motif Pucuk Rabung (tumpal), rantai besi yang berukuran besar, pecahan-pecahan perunggu dari arca dan lain-lain. Diperkirakan bahwa paling tidak dalam radius 300 meter dari pusat situs ini areal tanahnya mengandung pendaman benda-benda purbakala, peninggalan Kerajaan Negaradipa yang telah punah.
Pada tahun 1964 penggalian percobaan dan penelitian telah dilakukan oleh arkeolog Drs.Uka Chandrasasmita, penggalian ini dilakukan di bagian timur bukit Candi Agung, yang hanya di kedalaman 50 cm telah ditemukan beberapa pecahan bata dan genteng atap. Hal tersebut ditambah dengan data-data hasil penelitian terdahulu, akhirnya telah memperkuat kesimpulan bahwa situs ini patut digali untuk menyelamatkan nilai-nilai sejarah dan kepurbakalaannya.

Tahun 1967  melalui badan khusus yang diketuai Gubernur Kalsel Kol.H. Aberani Sulaiman, memulai proyek penggalian situs ini. Sementara Drs. Uka Chandrasasmita dan Suyono sebagai pemimpin penggalian. Penggalian resmi dilakukan pada tanggal 17 Agustus 1967 dalam sebuah upacara tradisional sederhana. Selama proyek oleh para ahli telah dilakukan pemetaan, pematokan, pemotretan dan lain sebagainya di atas situs Candi Agung. Dari masyarakat umum pun datang respon yang sangat baik, ribuan orang datang melihat proses penggalian situs ini bahkan ada yang dari luar daerah setiap harinya.

Beberapa hasil positif dari penggalian tersebut, antara lain:
1) ditemukan pecahan genteng atap diantaranya masih utuh 
    berukuran 30 x 16,5 x 1 cm, batu bata ukuran 38 x 20 x 10 cm, 
    tiang-tiang kayu ulin, kepala Burung Enggang, pecahan perunggu, 
    sisa-sisa emas perhiasan 18 karat, tempayan tanah liat, manik-manik.
2) ditemukan sebuah bekas bangunan berukuran 9,2 x9,2 meter
    dengan batu pondasi masih terhampar, batu bata masih bersusun, 
    sebuah pintu yang menghadap ke timur laut. Berdasarkan ilmu 
    kepurbakalaan bangunan ini diyakini sebagai sebuah candi.

Pada tahun 1978 pemerintah pusat melalui Direktorat Sejarah dan Purbakala menetapkan situs Candi Agung salah satu objek peninggalan sejarah dan purbakala Kalimantan Selatan.

Demikian secara singkat sejarah situs purbakala Candi Agung peninggalan Kerajaan Negaradipa. Semoga dikemudian hari masih ada dilakukan penelitian lainnya oleh arkeolog asli banua.


sumber : http://kerajaanbanjar.com/
             http://www.urangbanua.com/

Thursday, July 28, 2011

WAYANG KULIT, MASTERPIECE of ORAL and INTANGIBLE HERITAGE of HUMANITY

http://wristanto.blogspot.com/

Wayang kulit adalah seni tradisional Indonesia yang terutama berkembang di Jawa. Wayang berasal dari kata Ma Hyang artinya menuju kepada yang maha esa, . Wayang kulit dimainkan oleh seorang dalang yang juga menjadi narator dialog tokoh-tokoh wayang, dengan diiringi oleh musik gamelan yang dimainkan sekelompok nayaga dan tembang yang dinyanyikan oleh para pesinden. Dalang memainkan wayang kulit di balik kelir, yaitu layar yang terbuat dari kain putih, sementara di belakangnya disorotkan lampu listrik atau lampu minyak (blencong), sehingga para penonton yang berada di sisi lain dari layar dapat melihat bayangan wayang yang jatuh ke kelir. Untuk dapat memahami cerita wayang(lakon), penonton harus memiliki pengetahuan akan tokoh-tokoh wayang yang bayangannya tampil di layar.
http://lakers-motor-comunity.blogspot.com/
Secara umum wayang mengambil cerita dari naskah Mahabharata dan Ramayana, tetapi tak dibatasi hanya dengan pakem (standard) tersebut, ki dalang bisa juga memainkan lakon carangan (gubahan). Beberapa cerita diambil dari cerita Panji.
Wayang kulit dilihat pada sisi bayangannya.

Pertunjukan wayang kulit telah diakui oleh UNESCO pada tanggal 7 November 2003, sebagai karya kebudayaan yang mengagumkan dalam bidang cerita narasi dan warisan yang indah dan berharga ( Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity ). Wayang kulit lebih populer di Jawa bagian tengah dan timur, sedangkan wayang golek lebih sering dimainkan di Jawa Barat.

ALL ABOUT JAWA (JAVA), INDONESIA

jawa 

Jawa adalah istilah yang sering didengar dalam pergaulan sehari-hari. Jawa adalah nama sebuah pulau di Indonesia. Pulau ini merupakan bagian dari gugusan kepulauan sunda besar dan paparan sunda, yang pada masa sebelum es mencair merupakan ujung tenggara benua. Luas pulau ini 138.793,6 km2, merupakan pulau ketigabelas terbesar di dunia

Populasi penduduk di pulau ini merupakan populasi terbanyak dibandingkan dengan pulau-pulau lainnya di Indonesia dan merupakan pulau terpadat di Indonesia. Mayoritas penduduk di pulau jawa adalah suku jawa. Suku bangsa Jawa, adalah suku bangsa terbesar di Indonesia. Mereka terutama bermukim di propinsi jawa tengah dan jawa timur

Walaupun begitu, di propinsi jawa barat banyak juga ditemukan Suku Jawa, terutama di Kabupaten Indramayu dan Cirebon yang mayoritas masyarakatnya merupakan orang-orang Jawa yang berbahasa dan berbudaya Jawa. Demikian juga di tengah pulau Jawa, ditemukan pula kantong-kantong komunitas suku Sunda atau suku bangsa yang berbahasa Sunda, terutama di Kabupaten Brebes dan Kabupaten Cilacap. Selain itu ada pula suku Madura dan suku Bali di Jawa Timur dan Suku Betawi di sebelah barat Jawa, di kota Jakarta dan sekitarnya.

orang suku bangsa jawa 

GAMELAN, ORIGINAL TRADITIONAL MUSIC OF INDONESIA

Gamelan ShowGamelan adalah musik yang tercipta dari paduan bunyi gong, kenong dan alat musik Jawa lainnya. Irama musik yang lembut dan mencerminkan keselarasan hidup orang Jawa akan segera menyapa dan menenangkan jiwa begitu didengar.


Gamelan jelas bukan musik yang asing. Popularitasnya telah merambah berbagai benua dan telah memunculkan paduan musik baru jazz-gamelan, melahirkan institusi sebagai ruang belajar dan ekspresi musik gamelan, hingga menghasilkan pemusik gamelan ternama. Pagelaran musik gamelan kini bisa dinikmati di berbagai belahan dunia, namun Yogyakarta adalah tempat yang paling tepat untuk menikmati gamelan karena di kota inilah anda bisa menikmati versi aslinya.

Gamelan yang berkembang di Yogyakarta adalah Gamelan Jawa, sebuah bentuk gamelan yang berbeda dengan Gamelan Bali ataupun Gamelan Sunda. Gamelan Jawa memiliki nada yang lebih lembut dan slow, berbeda dengan Gamelan Bali yang rancak dan Gamelan Sunda yang sangat mendayu-dayu dan didominasi suara seruling. Perbedaan itu wajar, karena Jawa memiliki pandangan hidup tersendiri yang diungkapkan dalam irama musik gamelannya.
 


Pandangan hidup Jawa yang diungkapkan dalam musik gamelannya adalah keselarasan kehidupan jasmani dan rohani, keselarasan dalam berbicara dan bertindak sehingga tidak memunculkan ekspresi yang meledak-ledak serta mewujudkan toleransi antar sesama. Wujud nyata dalam musiknya adalah tarikan tali rebab yang sedang, paduan seimbang bunyi kenong, saron kendang dan gambang serta suara gong pada setiap penutup irama.

Wednesday, July 27, 2011

PARA PENIRU DARI DUNIA BURUNG

Rabu, 1 Juni 2011 - Sebagian besar burung bisa terbang, dan terbang saja sudah merupakan perilaku pertahanan diri yang cukup efektif melawan predator. Namun dari 10 ribu spesies burung yang ada sekarang, ada beberapa spesies dengan perilaku pertahanan diri yang khas. Berikut sejumlah perilaku pertahanan diri aneh dari dunia burung.




 Killdeer : Peniru Rusa

Killdeer adalah burung yang ribut dan sering ditemukan di Amerika Utara. Mereka bersarang di tanah sehingga telur dan anaknya sangat rentan dari predator. Untuk melindungi sarangnya, killdeer dewasa memiliki perilaku yang unik. Ketika hewan predator seperti rubah, kucing, atau anjing mendekati sarangnya, burung dewasa akan menjauh dari sarang, menyeret salah satu sayapnya di tanah sehingga mirip dengan rusa (ini mengapa namanya mengandung kata deer yang berarti rusa) yang ketakutan. Sebagian predator akan beralih kepada sang dewasa yang terlihat tidak berdaya, dan mereka menjauhi sarangnya. Setelah sang killdeer berhasil memancing para predator, iapun terbang. Killdeer anak pun memanfaatkan kesempatan menjauhnya predator untuk ikut melarikan diri.


Kukuk Eurasia : Peniru Elang

Burung kukuk eurasia terkenal karena sering meletakkan telurnya di sarang burung lain. Ketika sang anak lahir, ia menghancurkan telur atau anak burung asli (penghuni sarang), sehingga menghapus saingan dan tumbuh lebih cepat daripada anak orang tua pengadopsi. Untuk melindungi dirinya dari ancaman, kukuk betina mengembangkan penampilan mirip elang layang-layang, predator yang memakan burung kecil. Dan didukung oleh kesamaan keduanya. Dengan menyamar menjadi elang, kukuk dapat menakuti burung lain agar menjauh dari sarangnya. Saat elang palsu ada di sana, burung lain tidak berani kembali ke sarang tanpa masalah.

Burung Hantu Pengubur : Peniru Ular

Burung hantu pengubur hidup di padang rumput dan pasir di Amerika. Mereka bersarang di dalam gundukan tanah dan sering menggunakan gundukan hewan lain, namun bila mereka tidak mendapatkan lubang yang kosong, mereka akan menggalinya sendiri. Anak burung hantu pengubur sering ditinggalkan di sarang dan harus berburu sendiri, sehingga rentan terhadap predator seperti kucing rumah, rakun, atau rubah. Untuk melindungi diri, burung hantu pengubur mengembangkan mimikri ular. Ketika merasa terancam, ia mengeluarkan suara desisan seperti ular berbisa yang memang sering hidup di dalam gundukan. Sebagian besar predator akan lari karena takut dengan ular palsu ini.


Burung Hantu Cebol Ferrugin : Mata Palsu

Walaupun burung hantu biasanya pemangsa tikus dan pengerat lainnya, ia juga memangsa burung hantu lain yang lebih kecil, sehingga burung hantu kecil menganggap burung hantu besar sebagai predator. Untuk melindungi anaknya dari serangan burung hantu lain, burung hantu cebol ferugin memiliki dua bintik di bagian belakang kepalanya yang mirip mata. Hal ini akan menghindari serangan predator yang senang menyerang dari belakang.


Sumber :

LIMA TAHUN TRAGEDI LUMPUR LAPINDO: PERSPEKTIF GEOLOGI

Dr Andang Bachtiar
(Arema, Geologist merdeka, Ketua Dewan Penasehat IAGI, Chairman Exploration Think Tank Indonesia)

KILAS BALIK


Gunung lumpur (mud-volcano) adalah ekspresi permukaan tanah (dan bawah laut) dari munculnya endapan lumpur tekanan tinggi yg berasal dari bawah permukaan bumi. Seringkali gunung lumpur dikaitkan dengan penyebab alamiah geologis, karena sebelum kejadian semburan Lusi 29 Mei 2006, khasanah literatur geologi dunia jarang mendokumentasikan kasus munculnya gunung lumpur yang dipicu oleh kegiatan manusia. Karena kejadian munculnya gunung lumpur di Sidoarjo ini pertama kali di sekitar lokasi pemboran sumur Banjar Panji-1 yang pada waktu itu sedang mengalami masalah “loss”: dan “kick” disusul “underground blow-out” (semburan liar bawah permukaan), maka mengkaitkannya sebagai pemicu munculnya gunung lumpur tersebut adalah sangat logis.

Waktu pertama kali diwawancara oleh koran daerah Surabaya tentang hal ini, 2 Juni 2006, sayapun sudah mengatakan bahwa fenomena awal dari semburan lumpur tersebut adalah dikarenakan adanya semburan liar bawah permukaan karena waktu itu saya sempat meninjau lokasi dari pinggir jalan tol saat mudik ke Malang, kota kelahiran saya. Fenomena permukaannya hampir serupa dengan kejadian semburan liar pemboran yang saya alami sendiri waktu bekerja di Kalimantan Timur sebagai wellsite geologist Huffco 1985. Demikian juga pendapat awal dari ahli2 geologi dari Lapindo sendiri yang waktu itu sempat kontak2an dengan saya, dan juga keterangan di website EMP (yang sekarang sudah dihapus) yang menyebutkan bahwa terjadi komunikasi dari lubang bor ke pusat semburan yang berjarak beberapa ratus meter dari BJP-1 waktu dilakukan penanggulangan tekanan dari sumur. Pendapat tersebut kemudian diformalkan pertama kali dalam bentuk publikasi oleh Richard Davies dkk (2007) dalam jurnal GSA Today 17 (2): 4.
Seiring dengan waktu, geologist2 di Lapindo-pun mulai mengubah pandangannya. Bersama dengan geologist terkemuka dari BPMigas, dari Oslo dan Jepang yang difasilitasi untuk melakukan peninjauan – riset di daerah semburan dan sekitarnya, keluarlah publikasi-publikasi tandingan yang menyebutkan bahwa gempa, kematangan tektonik, dan – secara spesifik- gerak patahan mendatar yang menekan di daerah Porong lah yang menyebabkan munculnya gunung lumpur tersebut.
Seiring dengan waktu juga, sampai sekarang saya masih berpendapat bahwa proses pemboran di BJP-1 merupakan pemicu dari munculnya gunung lumpur Lusi, sejalan dengan argumen2 yang dipaparkan Davies dkk, dan juga pengamatan yang saya lakukan pada real time drilling charts yang ditunjukkan oleh pihak kepolisian ke saya 2007-2008.

CANDI PAWON, MAGELANG INDONESIA

Candi Pawon terletak di Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah. Candi yang mempunyai nama lain Candi Brajanalan ini lokasinya sekitar 2 km ke arah timur laut dari Candi Barabudhur dan 1 km ke arah tenggara dari Candi Mendut. Letak Candi Mendut, Candi Pawon dan Candi Barabudhur yang berada pada satu garis lurus mendasari dugaan bahwa ketiga candi Buddha tersebut mempunyai kaitan yang erat. Selain letaknya, kemiripan motif pahatan di ketiga candi tersebut juga mendasari adanya keterkaitan di antara ketiganya. Poerbatjaraka, bahkan berpendapat bahwa candi Pawon merupakan upa angga (bagian dari) Candi Barabudhur.

Menurut Casparis, Candi Pawon merupakan tempat penimpanan abu jenazah Raja Indra ( 782 - 812 M ), ayah Raja Samarrattungga dari Dinasti Syailendra. Nama "Pawon" sendiri, menurut sebagian orang, berasal dari kata pawuan  yang berarti tempat menyimpan awu (abu). Dalam ruangan di tubuh Candi Pawon, diperkirakan semula terdapat Arca Bodhhisatwa, sebagai bentuk penghormatan kepada Raja Indra yang dianggap telah mencapai tataran Bodhisattva, maka dalam candi ditempatkan arca Bodhisatwva. Dalam Prasasti Karang Tengah disebutkan bahwa arca tersebut mengeluarkan wajra (sinar). Pernyataan tersebut menimbulkan dugaan bahwa arca Bodhisattwa tersebut dibuat dari perunggu.

Batur candi setinggi sekitar 1,5 m berdenah dasar persegi empat, namun tepinya dibuat berliku-liku membentuk 20 sudut. Dinding batur dihiasi pahatan dengan berbagai motif, seperti bunga dan sulur-suluran. Berbeda dengan candi Buddha pada umumnya, bentuk tubuh Candi Pawon ramping seperti candi Hindu.

Pintu masuk ke ruangan dalam tubuh candi terletak di sisi barat. Di atas ambang pintu terdapat hiasan Kalamakara tanpa rahang bawah.Tangga menuju selasar dilengkapi dengan pipi tangga dengan pahatan pada dinding luarnya. Hiasan kepala naga di pangkal pipi tangga sudah rusak. Ruangan dalam tubuh candi saat ini berada dalam keadaan kosong, namun pada lantai terlihat bekas yang menunjukkan bahwa tadinya terdapat arca di tempat tersebut.

Pada dinding bagian depan  candi, di sebelah utara dan selatan pintu masuk, terdapat relung yang berisi pahatan yang menggambarkan Kuwera (Dewa Kekayaan) dalam posisi berdiri. Pahatan yang terdapat di selatan pintu sudah rusak sehingga tidak terlihat lagi wujud aslinya. Pahatan yang di utara pintu relatif masih utuh, hanya bagian kepala saja yang sudah hancur.

Pada dinding utara dan selatan candi terdapat relief yang sama, yaitu yang menggambarkan Kinara dan Kinari, sepasang burung berkepala manusia, berdiri mengapit pohon kalpataru yang tumbuh dalam sebuah jambangan. Di sekeliling pohon terletak beberapa pundi-pundi uang. Di langit tampak sepasang manusia yang sedang terbang. Di bagian atas dinding terdapat sepasang jendela kecil yang berfungsi sebagai ventilasi. Di antara kedua lubang ventilasi tersebut terdapat pahatan kumuda.

Atap candi berbentuk persegi bersusun dengan hiasan beberapa dagoba (kubah) kecil di masing-masing sisinya. Puncak atap dihiasi dengan sebuah dagoba yang lebih besar.

 sumber : http://candi.pnri.go.id/

CANDI SUKUH, GUNUNG LAWU INDONESIA

Candi Sukuh terletak di lereng barat G. Lawu, tepatnya di Dusun Sukuh, Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah. Lokasi Candi Sukuh berada pada ketinggian + 910 merer di atas permukaan laut. Candi Sukuh ditemukan kembali dalam keadaan runtuh pada tahun 1815 oleh Johnson, Residen Surakarta pada masa pemerintahan Raffles. Selanjutnya Candi Sukuh diteliti oleh Van der Vlis pada tahun 1842. Hasil penelitian tersebut dilaporkan dalam buku Van der Vlis yang berjudul Prove Eener Beschrijten op Soekoeh en Tjeto. Penelitian terhadap candi tersebut kemudian dilanjutkan oleh Hoepermans pada tahun 1864-1867 dan dilaporkan dalam bukunya yang berjudul Hindoe Oudheiden van Java. Pada tahun 1889, Verbeek mengadakan inventarisasi terhadap candi Sukuh, yang dilanjutkan dengan penelitian oleh Knebel dan WF. Stutterheim pada tahun 1910.

Candi Sukuh berlatar belakang agama Hindu dan diperkirakan dibangun didirikan pada akhir abad ke-15 M. Berbeda dengan umumnya candi Hindu di Jawa Tengah, arsitektur Candi Sukuh dinilai menyimpang dari ketentuan dalam kitab pedoman pembuatan bangunan suci Hindu, Wastu Widya. Menurut ketentuan, sebuah candi harus berdenah dasar bujur sangkar dengan tempat yang paling suci terletak di tengah. Adanya penyimpangan tersebut diduga karena Candi Sukuh dibangun pada masa memudarnya pengaruh Hinduisme di Jawa. Memudarnya pengaruh Hinduisme di Jawa rupanya menghidupkan kembali unsur-unsur budaya setempat dari zaman Megalitikum. Pengaruh zaman prasejarah terlihat dari bentuk bangunan Candi Sukuh yang merupakan teras berundak. Bentuk semacam itu mirip dengan bangunan punden berundak yang merupakan ciri khas bangunan suci pada masa pra-Hindu. Ciri khas lain bangunan suci dari masa pra-Hindu adalah tempat yang paling suci terletak di bagian paling tinggi dan paling belakang.

Menurut dugaan para ahli, Candi Sukuh dibangun untuk tujuan pengruwatan, yaitu menangkal atau melepaskan kekuatan buruk yang mempengaruhi kehidupan seseorang akibat ciri-ciri tertentu yang dimilikinya. Dugaan tersebut didasarkan pada relief-relief yang memuat cerita-cerita pengruwatan, seperti Sudamala dan Garudheya, dan pada arca kura-kura dan garuda yang terdapat di Candi Sukuh.
Kompleks Candi Sukuh menempati areal seluas + 5.500 m2, terdiri dari terdiri atas tiga teras bersusun. Sepintas lalu candi ini terlihat seperti bangunan pemujaan Suku Maya di Mexico. Gerbang utama, gerbang lain menuju ke setiap teras dan bangunan utama menghadap ke arah barat, berbeda dengan candi-candi di Jawa tengah yang umumnya menghadap ke timur. Ketiga teras tersebut terbelah dua tepat di tengahnya oleh batu yang ditata membentuk jalan menuju ke gerbang teras berikutnya.

Gapura menuju teras pertama merupakan gapura paduraksa, yaitu gapura yang dilengkapi dengan atap. Ambang pintu gapura dihiasi pahatan kala berjanggut panjang. Pada dinding sayap utara gapura terdapat relief yang menggambarkan seorang yang sedang berlari sambil menggigit ekor ular yang sedang melingkar. Menurut K.C. Cruq, pahatan tersebut merupakan sebuah sengkalan (sandi angka tahun) yang dibaca gapura buta anahut buntut (gapura raksasa menggigit ekor ular). Sengkalan tersebut ditafsirkan sebagai tahun 1359 Saka atau tahun 1437 M, yang diyakini sebagai tahun selesainya pembangunan candi ini. Di atas sosok tersebut terdapat pahatan yang menggambarkan makhluk mirip manusia yang sedang melayang serta seekor binatang melata.

CANDI KIDAL, MALANG INDONESIA

Candi Kidal terletak di Desa Rejokidal, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang, tepatnya sekitar 20 km ke arah timur dari kota Malang. Candi ini dapat dikatakan merupakan candi pemujaan yang paling tua di Jawa Timur, karena pemerintahan Airlangga (11-12 M) dari Kerajaan Kahuripan dan raja-raja Kerajaan Kediri (12-13 M) hanya meninggalkan Candi Belahan dan Jalatunda yang merupakan petirtaan atau pemandian. Candi Kidal dibangun pada 1248 M, setelah upacara pemakaman 'Cradha' untuk Raja Anusapati dari Kerajaan Singasari. Tujuan pembangunan candi ini adalah untuk mendarmakan Raja Anusapati, agar sang raja dapat mendapat kemuliaan sebagai Syiwa Mahadewa. Dibangun pada masa transisi dari zaman keemasan pemerintahan kerajaan-kerajaan Jawa Tengah ke kerajaan-kerajaan Jawa Timur, pada Candi Kidal dapat ditemui perpaduan corak candi Jawa Tengah dan candi Jawa Timur. Sebagian pakar bahkan menyebut Candi Kidal sebagai prototipe candi Jawa Timuran.

Bangunan candi seluruhnya terbuat dari batu andesit dan berdimensi geometris vertikal. Di sekeliling halaman candi terdapat susunan batu yang berfungsi sebagai pagar. Tubuh candi berdiri diatas batur (kaki candi) setinggi sekitar 2 m. Untuk mencapai selasar di lantai kaki candi dibuat tangga batu tepat di depan pintu. Yang menarik, anak tangga dibuat tipis-tipis, sehingga dari kejauhan tampak seperti bukan tangga masuk yang sesungguhnya. Tangga batu ini tidak dilengkapi pipi tangga berbentuk ukel, sebagaimana yang banyak dijumpai di candi lainnya, namun di kiri-kanan anak tangga pertama terdapat badug (tembok rendah) berbentuk siku yang menutup sisi samping dan sebagian sisi depan kaki tangga. Badug semacam ini tidak terdapat di candi lain.

Pintu candi menghadap ke barat, dilengkapi dengan bilik penampil dengan hiasan kalamakara (kepala Kala) di atas ambangnya. Hiasan kepala kala yang nampak menyeramkan dengan matanya melotot penuh, mulut terbuka serta 2 taring besar dan bengkok, memberi kesan dominan. Adanya 2 taring tersebut juga merupakan ciri khas candi Jawa Timur. Disudut kiri dan kanan terdapat jari tangan dengan mudra (sikap) mengancam, sehingga sempurnalah kesan seram yang patut dimiliki oleh makhkuk penjaga bangunan suci candi. Di kiri dan kanan pintu terdapat relung kecil tempat meletakkan arca yang dilengkapi dengan bentuk 'atap' di atasnya. Di atas ambang relung-relung ini juga terdapat hiasan kalamakara.

Atap Candi Kidal berebentuk kotak bersusun tiga, makin ke atas makin mengecil. Puncaknya tidak runcing, melainkan persegi dengan permukaan yang cukup luas. Puncak atap tidak dihiasi dengan ratna atau stupa, melainkan hanya datar saja. Sekeliling tepi masing-masing lapisan dihiasi dengan ukiran bunga dan sulur-suluran. Konon dulu di setiap sudut lapisan atap candi dipasang sebuah berlian kecil. Sekeliling kaki candi dihiasi dengan pahatan bermotif medalion yang berjajar diselingi bingkai bermotif bunga dan sulur-suluran. Di kiri dan kanan pangkal tangga serta di setiap sudut yang menonjol ke luar terdapat patung binatang yang terlihat mirip singa dalam posisi duduk seperti manusia dengan satu tangan terangkat ke atas. Patung-patung ini terlihat seperti sedang menyangga pelipit atas kaki candi yang menonjol keluar dari selasar.

MANFAAT LIDAH BUAYA

shutterstock
KOMPAS.comAloe vera atau lebih dikenal dengan sebutan lidah buaya adalah tanaman tropis sukulen yang memiliki bentuk seperti daun berdaging. Daun ini memiliki banyak manfaat, baik sebagai obat maupun untuk kosmetik.

Lidah buaya merupakan tanaman yang cukup unik karena mengandung berbagai senyawa biologis aktif, seperti mannans asetat, polymannans, antrakuinon, dan berbagai lektin. Lidah buaya juga mengandung sekitar 75 jenis zat yang telah dikenal bermanfaat dan lebih dari 200 senyawa lain yang membuatnya layak digunakan dalam pengobatan herbal.

Zat-zat tersebut termasuk enzim yang membantu pencernaan dan mengurangi peradangan, semua jenis vitamin terkecuali vitamin D, mineral yang diperlukan untuk fungsi enzim, gula rantai panjang untuk menyeimbangkan kembali sistem pencernaan; saponin yang berfungsi sebagai anti-mikroba, dan 20 dari 22 jenis asam amino.

Berikut ini adalah sejumlah manfaat yang dapat Anda peroleh dari lidah buaya :
1.   Detoksifikasi. Jus lidah buaya adalah peluruh racun alami,
      tetapi juga mengandung beragam vitamin dan mineral yang
      membantu tubuh kita mengatasi stres dalam kehidupan sehari-hari.
2.  Gangguan pencernaan. Lidah buaya berguna terutama 
      pada kasus panas perut serta iritasi usus dan tukak lambung.
      Lidah buaya diketahui dapat menenangkan esofagus dan
      mengatasi refluks asam.
3.   Kesehatan mulut. Lidah buaya sangat bermanfaat untuk
      masalah mulut dan gusi, terutama dalam memperbaiki gusi
      yang memburuk.
4.   Perawatan kulit. Fungsinya juga menghilangkan jerawat, 
      melembabkan kulit, detoksifikasi kulit, penghapusan bekas
      luka dan tanda, mengurangi peradangan, serta perbaikan 
      dan peremajaan kulit.
5.   Diabetes. Setengah sendok jus lidah buaya yang diberikan
      selama 14 minggu terbukti mengurangi kadar gula darah 
      sebesar 45 persen.
6.   Membantu gerakan usus. Aloe lateks mengandung
      antrakuinon glycosidesaloin A dan B yang bermanfaat
      sebagai obat pencahar yang kuat.
7.   Menjaga berat badan. Jus lidah buaya telah digunakan 
      selama bertahun-tahun untuk menurunkan berat badan.
8.   Kekebalan. Lidah buaya merupakan antioksidan yang
      penuh kontra radikal bebas untuk meningkatkan sistem 
      kekebalan tubuh.
9.   Luka bakar. Gel lidah buaya dapat menyembuhkan dan
      memperbaiki kulit yang terkena luka bakar, termasuk luka
      bakar akibat paparan sinar matahari.
10. Ketombe. Lidah buaya dapat membantu mengurangi
      gatal dan ketombe. Lidah buaya juga bisa digunakan
      untuk perawatan rambut sebelum keramas.

Sumber :Lifemojo
               http://health.kompas.com/

Tuesday, July 26, 2011

CANDI CETHA, KARANGANYAR INDONESIA

Sesungguhnya Candi Cetha tidak dapat dikelompokkan ke dalam candi-candi di Jawa Timur karena letaknya di Dukuh Cetha, Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah. Namun karena secara historis Candi Cetha lebih erat kaitannya dengan Kerajaan Majapahit, maka dalam situs web ini Candi Cetha dimasukkan ke kelompok Candi di Jawa Timur. Candi Cetha merupakan salah satu candi yang dibangun pada zaman Kerajaan Majapahit, yaitu pada masa pemerintahan Raja Brawijaya V. Konon nama Cetha, yang dalam bahasa Jawa berarti jelas, digunakan sebagai nama dusun tempat candi ini berada karena dari Dusun Cetha orang dapat dengan jelas ke berbagai arah. Ke arah utara terlihat pemandangan Karanganyar dan Kota Solo dengan latar belakang Gunung Merbabu dan Merapi serta, lebih jauh lagi, puncak Gunung Sumbing. Ke arah barat dan timur terlihat bukit-bukit hijau membentang, sedangkan ke arah selatan terlihat punggung dan anak-anak Gunung Lawu.

Kompleks Candi Cetha pertama kali ditemukan oleh Van der Vlis pada tahun 1842. Selanjutnya bangunan bersejarah itu banyak mendapat perhatian para ahli purbakala seperti W.F. Sutterheim, K.C. Crucq, N.j. Krom, A.J. Bernet Kempers, dan Riboet Darmosoetopo. Pada tahun 1928 Dinas Purbakala mengadakan penelitian melalui penggalian untuk mencari bahan-bahan rekonstruksi yang lebih lengkap. Bangunan yang ada saat ini, termasuk bangunan-bangunan pendapa dari kayu, merupakan hasil pemugaran yang dilakukan pada akhir tahun 1970-an. Sangat disayangkan bahwa pemugaran atau lebih tepatnya disebut pembangunan kembali tersebut dilakukan tanpa memperhatikan aspek arkeologis, sehingga keaslian bentuknya tidak dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

KHASIAT BUAH NAGA (DRAGON FRUIT)

TRIBUNNEWS.COM - Buah naga mempunyai khasiat yang bermanfaat bagi kesehatan manusia. Manfaat buah naga diantaranya sebagai penyeimbang kadar gula darah, pelindung kesehatan mulut, pencegah kanker usus, mengurangi kolesterol, pencegah pendarahan dan mengobati keluhan keputihan.Buah naga biasanya dikonsumsi dalam bentuk buah segar sebagai penghilang dahaga, karena buah naga mengandung kadar air tinggi sekitar 90 % dari berat buah.

Buah Naga Cegah Kanker Usus

Rasanya cukup manis karena mengandung kadar gula mencapai 13-18 briks. Buah naga juga dapat disajikan dalam bentuk jus, sari buah, manisan maupu selai atau beragam bentuk penyajian sesuai selera anda.
Secara umum,pakar sependapat dan mengakui buah naga kaya dengan potasium, ferum, protein, serat, sodium dan kalsium yang baik untuk kesihatan berbanding buah-buahan lain yang diimport.

Menurut AL Leong dari Johncola Pitaya Food R&D, organisasi yang meneliti buah naga merah, buah kaktus madu itu cukup kaya dengan berbagai zat vitamin dan mineral yang sangat membantu meningkatkan daya tahan dan bermanfaat bagi metabolisme dalam tubuh manusia.

Penelitian menunjukkan buah naga merah ini sangat baik untuk sistem peredaran darah, juga memberikan efek mengurangi tekanan emosi dan menetralkan toksik dalam darah. Penelitian juga menunjukkan buah ini bisa mencegah kanker usus, selain mencegah kandungan kolesterol yang tinggi dalam darah dan menurunkan kadar lemak dalam tubuh.

Secara keseluruhan, setiap buah naga merah mengandungi protein yang mampu meningkatkan metabolisme tubuh dan menjaga kesehatan jantung; serat (mencegah kanker usus, kencing manis dan diet); karotin (kesehatan mata, menguatkan otak dan mencegah masuknya penyakit), kalsium (menguatkan tulang).
Buah naga juga mengandungi zat besi untuk menambah darah; vitamin B1 (mencegah demam badan); vitamin B2 (menambah selera); vitamin B3 (menurunkan kadar kolesterol) dan vitamin C (menambah kelicinan, kehalusan kulit serta mencegah jerawat).

 sumber : www.yahoo.com

Lapisan Pasir Ungkap Jejak Tsunami Purba

Pemukiman yang tersapu habis oleh gelombang tsunami di pesisir Aceh, Desember 2004.
Kompas/Nasru Alam Aziz  
 
KOMPAS.com - Tsunami yang melanda Aceh pada 2004 lalu bukan tsunami pertama yang pernah terjadi di Serambi Mekah. Berdasarkan riset yang dilakukan LIPI, Aceh pernah dilanda tsunami pada sekitar 600 tahun yang lalu.

Penelitian dilakukan dengan menganalisis endapan paleotsunami di daerah Meulaboh, Nanggroe Aceh Darussalam. "Dari situ terlihat bahwa pernah terjadi tsunami besar di Aceh sekitar 600 tahun silam," jelas Eko Yulianto, peneliti LIPI, pada Senin (25/7/2011).

Data yang diungkapkan oleh Eko ini menepis anggapan bahwa Aceh belum pernah dilanda gempa Bumi di atas 9 skala Richter sebelum tahun 2004. "Sayang, hal ini ditemukan setelah musibah 2004. Jika ditemukan lebih cepat, sebenarnya jumlah korban gempa dan tsunami bisa diminimalisir," kata Eko.
Pendapat Eko didukung oleh Brian F. Atwater dari USGS. Brian memperkirakan bencana yang sama pernah terjadi pada sekitar tahun 1800. "Gelombang tsunami Aceh pada 2004 bukan yang pertama," katanya.

Tsunami Pangandaran

Eko juga melakukan penelitian di tebing dekat Sungai Cikembulan, Pangandaran, Jawa Barat. Hasil penelitian menunjukkan empat lapisan pasir yang disebutnya bisa menjadi bukti awal bahwa area tersebut pernah beberapa kali dilanda tsunami. Salah satu lapisan berupa lapisan pasir tebal yang terendap di atas lumpur mangrove. Dalam lapisan itu terdapat cangkang Foraminifera.

Temuan itu mengungkapkan bahwa kurang lebih 400 tahun yang lalu, di wilayah ini pernah terjadi tsunami. "Skalanya jauh lebih besar daripada tsunami 2006 lalu," kata Eko yang pakar paleotsunami. (National Geographic Indonesia/Alex Pangestu)

sumber : http://sains.kompas.com/

Keragaman Spesies Mekongga Memukau Dunia

LIPI - Sejumlah fauna eksotis yang ditemukan di Pegunungan Mekongga
KENDARI, KOMPAS.com — Tim peneliti dari University of California-Davis, Amerika Serikat, terpukau dengan beragamnya keanekaragaman hayati yang mereka temukan di Pegunungan Mekongga, Sulawesi Tenggara. Dari hasil penelitian sementara, tim tersebut menyimpulkan bahwa Pegunungan Mekongga merupakan salah satu wilayah dengan keanekaragaman hayati terkaya di dunia.

"Selama penelitian di Mekongga, kami menyaksikan keanekaragaman (hayati) yang luar biasa," kata Professor Lynn Kimsey, Sabtu (23/7/2011). Lynn merupakan salah satu ahli entomologi (serangga) yang selama sebulan terakhir melakukan penelitian bersama tim dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia di Pegunungan Mekongga.

Lynn menambahkan, selama meneliti di pegunungan yang terletak di Kabupaten Kolaka dan Kolaka Utara, Sultra, itu ia berhasil mengumpulkan 100.000 sampel serangga. Dari jumlah itu, Lynn memprediksi separuhnya merupakan jenis baru yang belum pernah ditemukan sebelumnya.

Direktur Bohart Museum UC-Davis tersebut juga menambahkan, dibandingkan beberapa tempat yang pernah ditelitinya, seperti Cile, Panama, Papua, dan Australia, serangga-serangga yang ditemukan di Mekongga memiliki karakter unik. "Misalnya, kami menemukan lebah raksasa terbesar di dunia (sepanjang 4 cm) yang tak ditemukan di tempat lain," ujarnya.

Selama sebulan terakhir, tim gabungan LIPI dan UC-Davis ini melakukan penelitian lanjutan di Pegunungan Mekongga dalam kerangka International Cooperative Biodiversity Group-Indonesia yang telah berlangsung sejak 2009. Penelitian ini dimaksudkan untuk mendata keanekaragaman hayati Pegunungan Mekongga dan melihat prospek flora dan fauna yang bisa dimanfaatkan untuk obat-obatan, sumber energi, ataupun penanganan hama penyakit.

Selain Lynn, terdapat dua ahli lainnya dari UC-Davis, yakni Bob Kimsey (entomologi) dan Alan Thomas Hitch (ekologi vertebrata). Adapun tim dari LIPI terdiri dari 18 ahli flora dan fauna, seperti ahli mamalia, tumbuhan, reptil, burung, dan ikan, yang salah satu pemimpin timnya adalah ahli botani LIPI, Elizabeth A Widjaja.

sumber : http://sains.kompas.com/

BEAUTY PLACES AROUND THE WORLD : MOUNT LAWU, INDONESIA

Gunung Lawu (3.265 m) terletak di Pulau Jawa, Indonesia, tepatnya di perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Status gunung ini adalah gunung api “istirahat” dan telah lama tidak aktif, terlihat dari rapatnya vegetasi serta puncaknya yang tererosi. Di lerengnya terdapat kepundan kecil yang masih mengeluarkan uap air (fumarol) dan belerang (solfatara).

Gunung Lawu - Indonesia
Gunung Lawu memiliki tiga puncak, Puncak Hargo Dalem, Hargo Dumiling dan Hargo Dumilah. Yang terakhir ini adalah puncak tertinggi.


Dalam legenda Gunung Lawu dipercayai sebagai tempat bertapanya Raden Brawijaya atau dikenal dengan Sunan Lawu setelah mengundurkan diri dari kerajaan Majapahit, dan beliau dipercaya sebagai penguasa seluruh makhluk yang ada di Gunung Lawu.

Gunung Lawu juga mempunyai kawah yang namanya sangat terkenal yakni Kawah Condrodimuko, yang dipercaya masyarakat sekitar sebagai tempat menggodok tokoh pewayangan yaitu Raden Gatutkaca, salah satu dari Pandawa Lima.

Di gunung ini juga banyak tempat-tempat keramat antara lain Sendang Drajat, Argo Dalem, Argo Dumilah, Pasar Dieng, Batu Tugu “Punden Berundak”, Lumbung Selayur, Telaga Kuning dan masih banyak lagi. Gunung ini juga ditumbuhi bunga Edelweis berwarna merah muda, kuning dan putih.

Gunung Lawu menyimpan misteri pada masing-masing dari tiga puncak utamanya dan menjadi tempat yang dimitoskan sebagai tempat sakral di Tanah Jawa. Harga Dalem diyakini sebagai tempat pamoksan Prabu Bhrawijaya Pamungkas, Harga Dumiling diyakini sebagai tempat pamoksan Ki Sabdopalon, dan Harga Dumilah merupakan tempat yang penuh misteri yang sering dipergunakan sebagai ajang menjadi kemampuan olah batin dan meditasi.


Setiap orang yang hendak pergi ke puncaknya harus memahami berbagai larangan tidak tertulis untuk tidak melakukan sesuatu, baik bersifat perbuatan maupun perkataan. Bila pantangan itu dilanggar di pelaku diyakini bakal bernasib naas. Tempat-tempat lain yang diyakini misterius oleh penduduk setempat yakni: Sendang Inten, Sendang Drajat, Sendang Panguripan, Sumur Jalatunda, Kawah Candradimuka, Repat Kepanasan/Cakrasurya, dan Pringgodani.

Desa Cemoro Sewu maupun dukuh Cemoro kandang yang hanya berjarak sekitar 1 kilometer merupakan gerbang pendakian ke puncak Lawu atau lebih dikenal dengan nama Argo Dumilah, letaknya berada tidak jauh dari kota dan dilintasi oleh jalan raya tertinggi di pulau Jawa yaitu sekitar 1.878 meter dari permukaan air laut. Karena letaknya yang mudah dijangkau, Gunung Lawu ini banyak dikunjungi pendaki pada Minggu dan hari-hari libur. Bahkan pada bulan Suro (Tahun Baru menurut penanggalan Jawa), kita akan menemui bahwa mereka yang mendaki bukan saja untuk ke puncak gunung Lawu, tetapi juga banyak diantaranya adalah peziarah, pertapa dan berbagai tujuan lainnya.

CANDI JAWI, PRIGEN PASURUAN

Candi Jawi terletak di kaki G. Welirang, tepatnya di Desa Candi Wates, Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan, sekitar 31 km dari kota Pasuruan. Bangunan candi dapat dikatakan masih utuh karena telah berkali-kali mengalami pemugaran. Candi Jawi dipugar untuk kedua kalinya tahun 1938-1941 dari kondisinya yang sudah runtuh. Akan tetapi, pemugaran tidak dapat dituntaskan karena banyak batu yang hilang dan baru disempurnakan pada tahun 1975-1980.
Dalam Negarakertagama pupuh 56 disebutkan bahwa Candi Jawi didirikan atas perintah raja terakhir Kerajaan Singasari, Kertanegara, untuk tempat beribadah bagi umat beragama Syiwa-Buddha. Raja Kartanegara adalah seorang penganut ajaran Syiwa Buddha. Selain sebagai tempat ibadah, Candi Jawi juga merupakan tempat penyimpanan abu jenazah Kertanegara. Hal ini memang agak mengherankan, karena letak Candi Jawi cukup jauh dari pusat Kerajaan Singasari. Diduga hal itu disebabkan karena rakyat di daerah ini sangat setia kepada raja dan banyak yang menganut ajaran Syiwa-Buddha. Dugaan tersebut didasarkan pada kenyataan bahwa saat Raden Wijaya, menantu Raja Kertanegara, melarikan diri setelah Kertanegara dijatuhkan oleh Raja Jayakatwang dari Gelang-gelang (daerah Kediri), ia sempat bersembunyi di daerah ini, sebelum akhirnya mengungsi ke Madura.
Candi Jawi menempati lahan yang cukup luas, sekitar 40 x 60 m2, yang dikelilingi oleh pagar bata setinggi 2 m. Bangunan candi dikelilingi oleh parit yang saat ini dihiasi oleh bunga teratai. Ketinggian candi ini sekitar 24,5 meter dengan panjang 14,2 m dan lebar 9,5 m. Bentuknya tinggi ramping seperti Candi Prambanan di Jawa Tengah dengan atap yang bentuknya merupakan paduan antara stupa dan kubus bersusun yang meruncing pada puncaknya. Posisi Candi Jawi yang menghadap ke timur, membelakangi Gunung Pananggungan, menguatkan dugaan sebagian ahli bahwa candi ini bukan tempat pemujaan, karena candi untuk peribadatan umumnya menghadap ke arah gunung, tempat bersemayam kepada Dewa. Sebagian ahli lain tetap meyakini bahwa Candi Jawi berfungsi sebagai tempat pemujaan. Posisi pintu yang tidak menghadap ke gunung dianggap sebagai akibat pengaruh ajaran Buddha.
Salah satu keunikan Candi Jawi adalah batu yang dipakai sebagai bahan bangunannya terdiri dari dua jenis. Dari Kaki sampai selasar candi dibangun menggunakan batu berwarna gelap, tubuh candi menggunakan batu putih, sedangkan atap candi menggunakan campuran batu berwarna gelap dan putih. Diduga candi ini dibangun dalam dua masa pembangunan. Kitab Negarakertagama menyebutkan bahwa pada tahun 1253 Saka (candrasengkala: Api Memanah Hari) Candi Jawi disambar petir. Dalam kejadian itu arca Maha Aksobaya menghilang. Hilangnya arca tersebut sempat membuat sedih Raja Hayam Wuruk ketika baginda mengunjungi Candi Jawi.  Setahun setelah disambar petir, Candi Jawi dibangun kembali. Pada masa inilah diperkirakan mulai digunakannya batu putih. Penggunaan batu putih tersebut juga mengundang pertanyaan, karena yang terdapat di kawasan G. Welirang kebanyakan adalah batu berwarna gelap. Kemungkinan batu-batu tersebut didatangkan dari pesisir utara Jawa atau Madura.
Kaki candi berdiri di atas batur (kaki candi) setinggi sekitar 2 m dengan pahatan relief yang memuat kisah tentang seorang pertapa wanita. Tangga naik yang tidak terlalu lebar terdapat tepat di hadapan pintu masuk ke garba grha (ruang dalam tubuh candi). Pahatan yang rumit memenuhi pipi kiri dan kanan tangga menuju selasar. Sedangkan pipi tangga dari selasar menuju ke lantai candi dihiasi sepasang arca binatang bertelinga panjang.
Di sekeliling tubuh candi terdapat selasar yang cukup lebar. Bingkai pintunya polos tanpa pahatan, namun di atas ambang pintu terdapat pahatan kalamakara, lengkap dengan sepasang taring, rahang bawah, serta hiasan di rambutnya, memenuhi ruang antara puncak pintu dan dasar atap. Di kiri dan pintu terdapat relung kecil tempat meletakkan arca. Di atas ambang masing-masing relung terdapat pahatan kepala makhluk bertaring dan bertanduk.
Ruangan dalam tubuh candi saat ini dalam keadaan kosong. Tampaknya semula terdapat arca di dalamnya. Negarakertagama menyebutkan bahwa di dalam bilik candi terdapat arca Syiwa dengan Aksobaya di mahkotanya. Selain itu disebutkan juga adanya sejumlah arca dewa-dewa dalam kepercayaan Syiwa, seperti arca Mahakala dan Nandiswara, Durga, Ganesha, Nandi, dan Brahma. Tak satupun dari arca-arca tersebut yang masih berada di tempatnya. Konon arca Durga kini disimpan di Museum Empu Tantular, Surabaya.
Dinding luar tubuh candi dihiasi dengan relief yang sampai saat masih belum ada yang berhasil membacanya. Mungkin karena pahatannya yang terlalu tipis. Mungkin juga karena kurangnya informasi pendukung, seperti dari prasasti atau naskah. Kitab Negarakertagama yang menceritakan candi ini secara cukup rincipun sama sekali tidak menyinggung soal relief tersebut. Menurut juru kunci candi, relief itu harus dibaca menggunakan teknik prasawiya (berlawanan dengan arah jarum jam), seperti yang digunakan dalam membaca relief di Candi Kidal. Masih menurut juru kunci candi, relief yang terpahat di tepi barat dinding utara menggambarkan peta areal candi dan wilayah di sekitarnya.
Antara pelataran belakang candi yang cukup luas dan tertata rapi dengan perkampungan penduduk dibatasi oleh sebuah sungai kecil. Di sudut selatan pelataran terdapat reruntuhan bangunan yang terbuat dari bata merah. Sepertinya bangunan tersebut tadinya adalah sebuah gapura, namun tidak ada keterangan yang bisa didapat mengenai bentuk dan fungsinya semula.



sumber : http://candi.pnri.go.id/

CANDI SAWENTAR, BLITAR INDONESIA

Candi Sawentar terletak di Dukuh Kanigoro, Kecamatan Garum, Kabupaten Blitar, tepatnya di sebelah timur Kota Blitar. Letak candi lebih rendah dari permukaan tanah di sekelilingnya. Untuk waktu yang cukup lama candi ini tertimbun dalam tanah dan baru digali kembali pada tahun 1915 sampai 1920.  Candi yang berdenah dasar persegi dengan luas 9,53 X 6,86 m, ini sangat mirip dengan Candi Kidal.  

Tubuh candi berdiri di atas batur seluas 7 X 7 m2, dengan tinggi sekitar 1,5 m. Tinggi candi sampai ke puncaknya mencapai 10,65 m. Tubuh candi lebih kecil ukurannya dibandingkan dengan kakinya, sehingga terbentuk selasar sempit di sekelilingnya. Pintu candi terletak di sisi barat, diapit oleh relung kecil di kiri dan kanannya.

Dia atas ambang pintu maupun relung tidak terdapat hiasan kepala Kala. Kedua relung dalam keadaan kosong tanpa arca.Pada dinding luar tubuh candi, di sisi utara dan selatan juga terdapat relung tempat meletakkan arca yang saat ini dalam keadaan kosong. 


Berbeda dengan pintunya, justru di atas ambang masing-masing relung ini terdapat pahatan kepala Kala lengkap dengan rahang bawah.
Untuk naik ke atas batur, di depan pintu candi terdapat tangga selebar sekitar 0,5 m. Tangga yang menjorok keluar batur ini dilengkapi dengan pipi tangga yang agak tebal, polos tanpa pahatan, kecuali sepasang kepala naga di kakinya. Dinding luar pipi tangga dihiasi pahatan sayap burung dalam bentuk pola geometris yang khas. Lantai ruang dalam dan relung di ketiga sisi tubuh candi letaknya sedikit lebih tinggi dari lantai selasar, oleh karenanya di depan pintu dan masing-masing relung terdapat tangga kecil yang juga dilengkapi dengan pipi tangga.

Dalam garba grha, ruangan dalam tubuh candi, terdapat sebuah yoni dengan pahatan garuda pada alasnya. Diduga candi ini digunakan untuk memuja Wishnu, karena garuda merupakan kendaraan Dewa Wisnu. Pada dinding terdapat pahatan bermotif salib Portugis.

Atap candi berbentuk susunan tiga buah kotak persegi empat yang makin ke atas makin mengecil. Pada tepian kotak terdapat pahatan yang tampak seperti tulisan. Di tengah dan sudut masing-masing kotak terdapat hiasan dengan pahatan yang halus. Puncak atap dalam keadaan rusak. Mungkin kerusakan tersebut disebabkan oleh posisinya yang paling dekat dengan permukaan pada saat candi ini tertimbun tanah. 

Perbedaan tingkat kerumitan pahatan di bagian atap dan tubuh bagian atas dibandingkan dengan pahatan di kaki dan tubuh bagian bawah menimbulkan bahwa pembuatan Candi Sawentar belum sepenuhnya selesai.
Belum diketahui kapan tepatnya candi yang dianggap sebagai wujud peralihan tipe candi Jawa Timur lama ke tipe yang lebih akhir. Menurut perkiraaan, pembangunannya dilakukan pada awal sampai pertengahan abad 13 M.

sumber : http://candi.pnri.go.id/
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...