PROUD TO BE INDONESIAN, MAY ALLAH SWT ALWAYS SAVE AND BLESS INDONESIA....

Friday, July 22, 2011

Candi Muaro Jambi

MUARO JAMBI, KOMPAS.com--Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jambi meminta masyarakat Desa Muaro Jambi, Kecamatan Pemayung, Kabupaten Muaro Jambi menerapkan 3S, guna menunjang Situs Candi Muaro Jambi sebagai warisan dunia.

Kepala Pokja Dokumentasi dan Publikasi BP3 Jambi, Agus Widiatmoko, di Jambi, Minggu, mengatakan, masyarakat desa di seputaran situs candi Muaro Jambi diajarkan untuk dapat menerapkan 3S, yakni smile (senyum), service (pelayanan) dan satisfied (kepuasan) guna menunjang peninggalan sejarah itu menjadi warisan dunia.

Menurut dia, hal itu dilakukan dalam rangka melaksanakan bagian dari program persiapan situs candi muaro Jambi sebagai warisan dunia.

"Mereka harus bisa menunjukkan keramahan, memberikan pelayanan terbaik sehingga mereka yang datang ke situs Muaro Jambi merasa puas dan punya kesan baik sehingga mau datang kembali. Ini berguna untuk menunjang percandian menjadi warisan dunia," kata Agus.

Orang tua, pemuda dan anak-anak setempat diberikan pembinaan misalnya, pemuda dibina lewat pembentukan organisasi yang bergerak di bidang pelestarian dan pemanfaatan candi tersebut.

"Mereka diajarkan bagaimana menjaga dan melestarikan lingkungan cagar budaya tersebut serta mampu memanfaatkan beragam potensi yang ada di sana tanpa merusak," katanya.

Kemudian anak-anak dididik lewat pendidikan informal yang disebut Sekolah Alam Raya yang digelar tiap hari Minggu pagi tentang hal yang sama.

Begitu juga dengan pedagang yang berjualan di seputaran lokasi. Mereka dibina untuk bisa kreatif dalam bidang kepariwisataan, misalnya mampu menjadi pramuwisata yang baik, mampu membuat kerajinan khas sebagai suvenir, serta mampu mengangkat kesenian dan kebudayaan setempat.

"Mereka juga harus mampu menghasilkan produk-produk makanan khas daerah yang higienis serta ramah lingkungan," katanya.

Selain pembinaan, mereka juga melakukan berbagai langkah persiapan lainnya, antara lain pemetaan kawasan dan pemahaman apa saja yang ada di dalam candi.
Regulasi dari pemerintah provinsi dan kabupaten dalam rangka melindungi kawasan tersebut juga telah dibuat yakni dengan pembuatan masterplan situs muaro Jambi (2006) dan pembuatan DED (Detailed Engineering Design) Wilayah I Percandian Muaro Jambi (2007).

Upaya lainnya yakni normalisasi jaringan kanal kuno (2007- sekarang), dan menetapkan situs tersebut sebagai kawasan cagar budaya dalam rencana tata ruang provinsi dan kabupaten serta penguatan lain guna mendukung situs tersebut sebagai warisan dunia.



Sejarah penemuan candi
Tangannya begitu terampil membersihkan bata demi bata candi yang ditempeli oleh lumut. Tidak perduli jika matahari telah beranjak meninggi membakar kulitnya yang mulai mengeriput. “Lumut-lumut ini harus dibersihkan agar bata candinya awet, apalagi musim hujan sekarang, lumut-lumut tumbuh subur jadi harus lebih sering dibersihkan” Kata Arbain (57), seorang juru pelihara dari Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jambi yang bertugas membersihkan dan memelihara Candi Gumpung.
Candi Gumpung merupakan salah satu candi dari sembilan candi yang masih bertahan di Kompleks Candi Muaro Jambi yang terletak di Kecamatan Muaro Sebo, Kabupaten Muaro Jambi, Propinsi Jambi, tepatnya di tepi Sungai Batanghari, sekitar 26 kilometer arah timur Kota Jambi. Candi tersebut diperkirakan berasal dari abad ke-11 M. Kompleks Candi Muaro Jambi merupakan kompleks candi beraliran agama Buddha yang terbesar di pulau Sumatera. Berdasarkan penelitian dan tinggalan arkeologis serta aliran keagamaan Kompleks Candi Muaro Jambi merupakan bukti dari kejayaan Kerajaan Sriwijaya di Jambi.
Penemuan Kompleks Candi Muaro Jambi pertama kali dilaporkan pada tahun 1823 oleh seorang Letnan Inggris bernama S.C. Crooke yang melakukan pemetaan daerah aliran Sungai Batanghari untuk kepentingan militer. Namun, baru tahun 1975, pemerintah Indonesia mulai melakukan pemugaran Kompleks Candi Muaro yang dipimpin arkeolog R. Soekmono.

Jejak hewan di bata candi
Kompleks Candi Muaro Jambi tidak hanya terdapat candi tetapi juga ditemukan parit atau kanal kuno, kolam tempat penampungan air serta gundukan tanah atau manapo sebutan penduduk setempat yang di dalamnya terdapat struktur bata kuno. Selain tinggalan yang berupa bangunan, dalam kompleks candi juga ditemukan arca, umpak batu, lumpang atau lesung batu, keramik asing, tembikar, belanga dari perunggu, mata uang Cina, manik-manik, bata-bata bertulis, bergambar dan bertanda serta fragmen besi dan perunggu yang tersimpan di ruang museum Kompleks Candi Muaro Jambi.
Yang menarik dari bata-bata di Kompleks Candi Muaro Jambi ada beberapa bata yang bercap kaki anak kecil, hewan-hewan seperti sapi, anjing, ayam, babi bahkan mungkin harimau. Cap kaki ini seakan-akan ingin berkata bahwa Kompleks Candi Muaro Jambi ini dahulu banyak terdapat hewan-hewan tersebut dan para Biksu dapat hidup berdampingan dengan mereka. Bata-bata bercap tersebut tersusun rapi di dalam ruangan museum yang tidak terlalu besar bersama artefak-artefak temuan yang lain.

Fasilitas wisata masih minim
“Setiap minggu dan hari-hari libur museum ini penuh sesak oleh wisatawan” terang Ujang (49), seorang pegawai BP3 Jambi yang mengurusi bagian museum. Kompleks Candi Muaro Jambi pada saat ini sedang “naik daun” dan menjadi tujuan objek wisata masyarakat Jambi bahkan masyarakat luar Jambi, hal ini dapat dilihat dari mobil yang datang terparkir di halaman candi, banyak yang berplat luar Jambi.
Namun peningkatan jumlah wisatawan ini tidak diiringi oleh meningkatnya fasilitas wisata pendukung didalam kompleks candi. Tidak adanya tempat parkir yang layak serta tempat sampah dan jalan yang layak merupakan permasalahan yang harus menjadi perhatian serius dari pemerintah daerah untuk meningkatkan pelayanan terhadap wisatawan. “Jalan ke candi becek kalo musim hujan dan sangat susah mencari tempat sampah, mohon kiranya pemerintah memperhatikan agar wisatawan agar merasa nyaman” ujar Agung (35), wisatawan dari Lampung.
Kompleks Candi Muaro Jambi menyimpan keunikan tersendiri dan merupakan saksi sejarah keberadaan Kerajaan Sriwijaya. Jejak-jejak yang ditinggalkan hendaknya dilestarikan dan dilindungi dalam pemanfaatannya agar tidak merusak sehingga candi ini dapat menjadi warisan yang masih dapat dilihat anak cucu.

Sumber :http://oase.kompas.com/read/2010/10/11/06140322/Candi.Muaro.Jambi.Jadi.Warisan.Dunia.-5#
             http://dongengarkeologi.blogspot.com/

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...